Tes ini dilakukan pada gagal ginjal kronik dengan terapi CAPD, tentunya pasca operasi pemasangan kateter dan pergantian cairan kira-kira masuk minggu ke-4. Hasil dari dilakukan nya tes ini dapat diketahui tipe membran dan kualitas transport cairan dan zat terlarut pada pasien CAPD.
PET dilakukan ulang dalam jangka waktu 2 tahun kemudian, Tetapi harus dilakukan lebih cepat jika pasien mengalami masalah klinis seperti menurunnya penarikan cairan dari biasanya, ureum creatin yang tiba-tiba naik sulit turun kembali dan juga sehabis mengalami infeksi peritonitis yang berkepanjangan.
Secara singkat saya akan jelaskan bagaimana dilakukan nya PET pada pasien CAPD, yaitu:
1. Dwell pada malam hari 8- 10 jam dengan menggunakan dianel 2,5 %, lakukan drain out di klinik CAPD.
2. Kemudian Drain in dianel 2,5 % sebanyak 2 liter pada posisi berbaring, setiap 400 mL yang masuk posisi pasien miring kanan miring kiri.
3. Drain out dialisat sebanyak 200 mL dan ambil sebanyak 10 mL botol sampel.
4. Sampel tersebut digunakan sebagai Dialisat 0 jam.
5. Setelah dwell time 2 jam drain out 10 mL lagi kedalam botol sampel.
6. Diambil juga sampel darah kurang lebih 5mL.
7. Sampel tersebut digunakan sebagai Dialisat 2 jam, dan sampel darah 2 jam
8. dwell time ke 4 jam drain out kembali dan ambil sampel 10 cc ke dalam sampel.
9. Sampel tersebut digunakan untuk Dialisat 4 Jam
Dari masing perlakuan tersebut akan didapat kan 4 sampel yaitu :
1. Dialisat 0 jam
2. Dialisat 2 Jam
3. Sampel darah 2 jam dwell time
4. Dialisat 4 jam
Dari 4 sampel tersebut dianalisa di laboratorium untuk kadar Kreatinin dan Glukosa.
setelah diketahui kadar kreatin, maka dimasukan kedalam rumus :
D/P = konsentrasi kreatin dialisat / konsetrasi kreatin darah
hasil angka D/P tersebut kemudian dimasukan ke dalam Kurva PET kreatninm sebagai berikut :
Dari kurva bisa diperoleh hasil plot data kreatinin apakah tipe membran High, High Average, Low Average atau tipe Low.
Senin, 16 Januari 2017
Jumat, 13 Januari 2017
Obat Rutin CAPD
Sebagai pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK), tentunya tidak bisa terlepas dengan yang namanya obat yang harus di konsumsi rutin setiap hari. Obat yang saya konsumsi tersebut tentunya ada efek samping bagi tubuh , tetapi bagi seorang pasien GGK efek tidak meminum obat secara rutin justru akan menimbulkan efek buruk yang jauh lebih besar baik jangka pendek atau pun jangka panjang di bandingkan efek samping obat tersebut. Kesimpulannya mau tidak mau saya harus konsumsi obat rutin tersebut.
Beberapa obat rutin tersebut yang selalu saya wajib konsumsi setiap hari adalah :
1. Amlodipine 10 mg
Fungsi obat ini adalah untuk mencegah tensi saya naik tinggi, obat ini wajib bagi saya karena tensi saya jika tidak meminum obat ini bisa melonjak hingga 200/100 atau lebih. efek nya kita tau kalau tensi dibiarkan tinggi, bisa mimisan, kepala pusing dan yang paling berbahaya itu stroke bisa die di atau sembuh selama nya.
2. Bisoprolol 5 mg
Obat ini di kombinasi dengan Amlodipine 10 untuk menjaga tensi juga, selain itu bisa melindungi jantung.
3. Folic Acid dan B12
Folic acid dan B12 ini berfunsi sebagai bahan pembentukan Haemoglobin (HB), tentunya selain 2 obat ini ada zat besi, protein, hormon eritropoetin kesemuanya bersinergi membentuk HB.
4. Binder Fosfat
Banyak jenis obat binder fosfat yang beredar di pasaran misal CaCo3 (Calsium Carbonate), Calos, Lenal Ace, Osteocaal, Renvela, Fosrenol dan lain-lain. Saya sendiri cukup minum Osteocal dan kadang Calos tergantung dari apotik tersedia nya apa dan tentunya di cover BPJS.
Berbagai jenis binder fosfat tersebut mempunyai fungsi sama yaitu mengikat Fosfat di pencernaan kemudian dibuang bersama feses, makanya binder fosfat dikonsumsi berbarengan dengan makan berat . Diharapkan fosfat dalam makanan yang kita makan tersebut terikat oleh binder dan terbuang, ya walaupun tidak 100 % terbuang dan masih ada yang terserap dan masuk ke dalam tubuh kita karena tubuh kita juga perlu fosfat. Jika tidak di ikat binder, fosfat-fosfat tersebut masuk dalam tubuh dalam jumlah besar dan karena ginjal sudah rusak pada GGK fosfat tidak bisa terbuang dan menumpuk dalam tubuh.
Perbedaan dari jenis binder tersebut saya jelaaskan secara sederhana :
Beberapa obat rutin tersebut yang selalu saya wajib konsumsi setiap hari adalah :
1. Amlodipine 10 mg
Fungsi obat ini adalah untuk mencegah tensi saya naik tinggi, obat ini wajib bagi saya karena tensi saya jika tidak meminum obat ini bisa melonjak hingga 200/100 atau lebih. efek nya kita tau kalau tensi dibiarkan tinggi, bisa mimisan, kepala pusing dan yang paling berbahaya itu stroke bisa die di atau sembuh selama nya.
2. Bisoprolol 5 mg
Obat ini di kombinasi dengan Amlodipine 10 untuk menjaga tensi juga, selain itu bisa melindungi jantung.
3. Folic Acid dan B12
Folic acid dan B12 ini berfunsi sebagai bahan pembentukan Haemoglobin (HB), tentunya selain 2 obat ini ada zat besi, protein, hormon eritropoetin kesemuanya bersinergi membentuk HB.
4. Binder Fosfat
Banyak jenis obat binder fosfat yang beredar di pasaran misal CaCo3 (Calsium Carbonate), Calos, Lenal Ace, Osteocaal, Renvela, Fosrenol dan lain-lain. Saya sendiri cukup minum Osteocal dan kadang Calos tergantung dari apotik tersedia nya apa dan tentunya di cover BPJS.
Berbagai jenis binder fosfat tersebut mempunyai fungsi sama yaitu mengikat Fosfat di pencernaan kemudian dibuang bersama feses, makanya binder fosfat dikonsumsi berbarengan dengan makan berat . Diharapkan fosfat dalam makanan yang kita makan tersebut terikat oleh binder dan terbuang, ya walaupun tidak 100 % terbuang dan masih ada yang terserap dan masuk ke dalam tubuh kita karena tubuh kita juga perlu fosfat. Jika tidak di ikat binder, fosfat-fosfat tersebut masuk dalam tubuh dalam jumlah besar dan karena ginjal sudah rusak pada GGK fosfat tidak bisa terbuang dan menumpuk dalam tubuh.
Perbedaan dari jenis binder tersebut saya jelaaskan secara sederhana :
- Caco3 : Kapsul berisi serbuk Caco3, cara minum nya langsung telan, di konsumsi oleh pasien dengan kadar Calcium darah Normal.
- Calos : Tablet putih calsium carbonat, cara makan dikunyah karena rasanya manis, dikonsumsi pasien dengan kadar Calsium darah Normal.
- Lenal Ace : Berbentuk tablet dengan kandungan Calcium acetat ( berbau cuka dapur), konsumsi langsung di telan. Lenal ace ini lebih reaktif di banding Calos dan Caco3 sehingga proses pengikatan fosfat di pencernaan pun jauh lebih cepat. dikonsumsi oleh pasien dengan kadar Calsium darah Normal.
- Renvela : Tablet putih mengandung sevelamer carbonat, konsumsi langsung telan. Renvela ini tidak mangandung Calsium jadi disarankan untuk pasien yang kadar kalsium darah nya tinggi.
- Fosrenol : Tablet putih mengandung Lanthanum Carbonat. konsumsi dikunyah, sama dengan Renvela tidak mengadung Calsium. di sarankan untuk pasien dengan kadar Calcium darah yang tinggi.
Kamis, 12 Januari 2017
CAPD vs HD
Perbandingan antara HD dengan CAPD
Pasien Gagal Ginjal pada umumnya memilih terapi pengganti fungsi ginjal dengan cara Cuci Darah, istilah medisnya Hemodialisis (HD), karena dianggap lebih sederhana, praktis dan murah. Padahal sekarang para pasien di Negara-negara maju banyak yg sudah beralih ke CAPD, bahkan Negara tetangga saja sudah sejak tahun 1980-an mempraktekannya. Singapura, Thailand, Malaysia, Philipina, Cina dll.
Di Negara tersebut para pasien yg baru divonis gagal ginjal kronis/terminal akan langsung dioperasi pasang cateter di perutnya agar bisa melakukan refil (isi ulang) cairan ke dalam perut. Bahkan cairan Dianeal yang merupakan kebutuhan pokok pasien CAPD di Indonesia pun sampai sekarang masih di impor dari Singapura.
Yang membuat CAPD ini lebih unggul daripada cuci darah (HD/hemodialisa) yaitu dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja. Yang terpenting bila menggunakan CAPD mesti selalu menjaga kebersihan tubuh dan menjaga keteternya tidak terinfeksi.Infeksi yang lazim terjadi adalah peritonitis (infeksi pada peritoneum).peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan dan solute yang berisi racun yang akan dibuang. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut.Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
Agar lebih jelas mengetahui perbedaan antara cuci darah (HD) dengan cuci perut (CAPD), silakan Anda perhatikan bagian berikut ini:
HD (Hemo Dialysis) atau Cuci Darah
CAPD (Continues Ambulatory Peritoneum Dialysis) atau Cuci Perut
Fungsi
HD : Menyaring racun darah dan mengeluarkannya bersama cairan tubuh, agar darah menjadi bersih.
CAPD : Menyerap racun darah dan kelebihan cairan pada tubuh pasien dengan system difusi melalui membran peritoneum di dalam perut.
Proses
HD : Darah dialirkan ke mesin penyaring racun melalui selang yang ditusukkan dengan jarum vistula pada urat nadi di pangkal paha (selangkangan jika belum memiliki Ave-shunt) untuk menyalurkan darah keluar dan satu jarum lagi di tangan untuk memasukkan darah yg sudah bersih. Jarum vistula bisa dipasang keduanya di tangan bila sudah operasi Ave-shunt.
CAPD : Sebelum melakukan refill(isi ulang) pasien harus menjalani operasi pemasangan cateter di perut sebelah kanan. Melalui satu cateterlah cairan masuk dan keluar, karena cairan yg akan diisi sudah dilengkapi dg kantong yg kosong untuk pembuangan makanya disebut twinbag Dianeal yg hanya sekali pakai. Tidak membutuhkan mesin, karena hanya menggunakan gaya gravitasi baik untuk pengeluaran cairan, maupun pemasukkan cairan.
Tempat
HD : Harus dilakukan di rumah sakit tertentu yang memiliki fasilitas ruangan khusus untuk hemo dialysis.
CAPD : Dapat dilakukan di mana saja, asal bersih, baik di rumah, di dalam mobil bahkan di tempat wisata.
Waktu
HD : Setiap kali cuci darah membutuhkan waktu selama 4 s.d.5 jam dalam periode 2 s.d. 3kali per minggu. Banyak tambahan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu giliran, pemasangan alat dan pencabutan alat.
CAPD : Satu kali refill hanya membutuhkan waktu 20 s.d. 30 menit, setiap hari sebanyak 3 atau 4 kali refill.
Menu Makanan dan Minuman
HD : Makanan yang berkelium tinggi terutama santan, buah-buahan dan sayuran hanya diperbolehkan dalam porsi yang sangat kecil. Contohnya, sebuah apel Fuji hanya bisa dikonsumsi ¼ s.d. 1/3-nya satu kali dalam sehari.Volume air minum juga sangat terbatas. Sangat dianjurkan banyak makan protein.
CAPD: Asupan gizi yg mengandung protein harus dua kali lipat porsi makan orang sehat! Makan minum lebh bebas.Kita bisa memakan apel Fuji 2s.d.3 buah per hari bahkan makan sayuran pun boleh.Lotek, karedok, rujak hiris, rujak ulek, rujak bebek, dll masih bisa kita konsumsi dalam porsi yang cukup, tetapi jangan berlebihan.Volume air minum bisa banyak disesuaikan dengan akumulasi cairan yang terserap dianeal setiap harinya.
Biaya
HD : Biaya operasi Ave-shunt ( Cimino) untuk memperbesar pembuluh darah di tangan,transfort menuju tempat HD 2 s.d.3 kali per minggu besarnya tergantung jarak tempuh, biaya proses HD jika tak memiliki kartu jaminan Askes atau sejenisnya, juga obat-obatan.
CAPD: Biaya operasi pemasangan carteter memang cukup tinggi sekitar 25 jutaan, tapi bagi peserta Askes tak jauh beda dengan pasang Ave-shunt, tak ada biaya transfor bolak-balik ke rumah sakit, paling sebulan sekali beli cairan sekitar 5 jutaan (peserta Askes gratis), obat-obatan yg dikonsumsi semakin berkurang, kecuali betadin, NaCl, kassa dan plester untuk dressing tutup execite.
Kebutuhan Tenaga Medis
HD : Sangat membutuhkan bantuan tenaga medis yang professional, untuk memasang dan mencabut jarum vistula.Harus selalu dalam pengawasan perawat/dokter jaga, karena banyak resiko yang terjadi saat HD berlangsung.
CAPD : Tidak membutuhkan bantuan tenaga medis yang professional, seperti dokter jaga dan perawat, karena bisa dilakukan sendiri atau bantuan anggota keluarga,setelah kita mengikuti pelatihan selama tiga hari.
Efek Samping/ dampak negative
HD : Sering mengalami kram akibat dehidrasi karena terlalu banyak cairan yg tersedot mesin, menggigil kedinginan, pusing, mual-mual, muntah, tensi ngedrop tiba-tiba, sesak napas bahkan sampai pingsan. Biasanya badan jadi lemas, karena terkuras energy dan saripati makanan dalam darah kita. Kehilangan nafsu makan,bahkan lidahpun mati rasa. Esoknya badan masih terasa loyo. Lusanya baru mulai bertenaga lagi, itu pun kalau asupan gizinya bagus! Hari ke-3 atau ke-4 harus siap-siap HD lagi.Kulit akan semakin hitam, karena penumpukkan Fe di permukaan kulit yg tidak terbuang, gatal-gatal seluruh tubuh, osteoporosis, dan sulit tidur. Sisa fungsi ginjal semakin berkurang, akhirnya urine pun tak bisa keluar lagi.Kerja jantung semakin berat saat HD berlangsung, sehingga jantung pun beresiko tinggi mengalami gangguan. Jika terjadi uremia, sesak napas atau hiper kalemia harus cepat datang ke tempat HD, di mana pun dan kapan pun kita berada, jangan menunggu sampai esok harinya!
CAPD : Sekali-kali perut terasa kembung, gatal-gatal, pegal linu atau kurang tidur. Bisa juga mual-mual sampai muntah, karena hiper kalemia.Jika mengalami hiper kalemia, atau sesak napas akibat terlalu banyak minum, kita bisa mengatasinya dengan mempercepat waktu periode refil sehingga refill bisa dilakukan sampai dengan 5 kali. Agar kalium yang berlebih cepat terbuang.
Dampak Positif
HD : Bisa mengeluarkan racun dalam darah dan kelebihan cairan di tubuh.Selain bisa mengeluarkan racun dalam darah dan kelebihan cairan dalam tubuh, sisa fungsi ginjal akan lebih awet dipertahankan. Kerja jantung akan ringan,karena bukan darah yang terpompa jantung harus dikeluarkan dulu, sehingga mengurangi resiko serangan jantung. Badan akan terasa selalu lebih bugar dari pada saat HD. Nafsu makan stabil. Tensi darah semakin lama semakin mendekati normal yang pada akhirnya menjadi normal kembali dan tidak perlu mengkonsumsi obat penurun tensi.
CAPD: Permukaan kulit tidak kehitam-hitaman, karena tidak ada penumpukkan Fe.
Kelebihan dan kelemahan penggunaan CAPD
Keuntungan CAPD dibandingkan HD :
1. Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja
2. Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri
3. Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu.
4. Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit sebagaimana HD
5. Pembuangan cairan dan racun lebih stabil
6. Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas
7. Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung
8. Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun pertama
Kelemahan CAPD :
Resiko infeksi:
• Peritonitis
• Exit site
• Tunnel
• BB naik karena glukosa, pada cairan CAPD diabsorbsi.
Pasien Gagal Ginjal pada umumnya memilih terapi pengganti fungsi ginjal dengan cara Cuci Darah, istilah medisnya Hemodialisis (HD), karena dianggap lebih sederhana, praktis dan murah. Padahal sekarang para pasien di Negara-negara maju banyak yg sudah beralih ke CAPD, bahkan Negara tetangga saja sudah sejak tahun 1980-an mempraktekannya. Singapura, Thailand, Malaysia, Philipina, Cina dll.
Di Negara tersebut para pasien yg baru divonis gagal ginjal kronis/terminal akan langsung dioperasi pasang cateter di perutnya agar bisa melakukan refil (isi ulang) cairan ke dalam perut. Bahkan cairan Dianeal yang merupakan kebutuhan pokok pasien CAPD di Indonesia pun sampai sekarang masih di impor dari Singapura.
Yang membuat CAPD ini lebih unggul daripada cuci darah (HD/hemodialisa) yaitu dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja. Yang terpenting bila menggunakan CAPD mesti selalu menjaga kebersihan tubuh dan menjaga keteternya tidak terinfeksi.Infeksi yang lazim terjadi adalah peritonitis (infeksi pada peritoneum).peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan dan solute yang berisi racun yang akan dibuang. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut.Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
Agar lebih jelas mengetahui perbedaan antara cuci darah (HD) dengan cuci perut (CAPD), silakan Anda perhatikan bagian berikut ini:
HD (Hemo Dialysis) atau Cuci Darah
CAPD (Continues Ambulatory Peritoneum Dialysis) atau Cuci Perut
Fungsi
HD : Menyaring racun darah dan mengeluarkannya bersama cairan tubuh, agar darah menjadi bersih.
CAPD : Menyerap racun darah dan kelebihan cairan pada tubuh pasien dengan system difusi melalui membran peritoneum di dalam perut.
Proses
HD : Darah dialirkan ke mesin penyaring racun melalui selang yang ditusukkan dengan jarum vistula pada urat nadi di pangkal paha (selangkangan jika belum memiliki Ave-shunt) untuk menyalurkan darah keluar dan satu jarum lagi di tangan untuk memasukkan darah yg sudah bersih. Jarum vistula bisa dipasang keduanya di tangan bila sudah operasi Ave-shunt.
CAPD : Sebelum melakukan refill(isi ulang) pasien harus menjalani operasi pemasangan cateter di perut sebelah kanan. Melalui satu cateterlah cairan masuk dan keluar, karena cairan yg akan diisi sudah dilengkapi dg kantong yg kosong untuk pembuangan makanya disebut twinbag Dianeal yg hanya sekali pakai. Tidak membutuhkan mesin, karena hanya menggunakan gaya gravitasi baik untuk pengeluaran cairan, maupun pemasukkan cairan.
Tempat
HD : Harus dilakukan di rumah sakit tertentu yang memiliki fasilitas ruangan khusus untuk hemo dialysis.
CAPD : Dapat dilakukan di mana saja, asal bersih, baik di rumah, di dalam mobil bahkan di tempat wisata.
Waktu
HD : Setiap kali cuci darah membutuhkan waktu selama 4 s.d.5 jam dalam periode 2 s.d. 3kali per minggu. Banyak tambahan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu giliran, pemasangan alat dan pencabutan alat.
CAPD : Satu kali refill hanya membutuhkan waktu 20 s.d. 30 menit, setiap hari sebanyak 3 atau 4 kali refill.
Menu Makanan dan Minuman
HD : Makanan yang berkelium tinggi terutama santan, buah-buahan dan sayuran hanya diperbolehkan dalam porsi yang sangat kecil. Contohnya, sebuah apel Fuji hanya bisa dikonsumsi ¼ s.d. 1/3-nya satu kali dalam sehari.Volume air minum juga sangat terbatas. Sangat dianjurkan banyak makan protein.
CAPD: Asupan gizi yg mengandung protein harus dua kali lipat porsi makan orang sehat! Makan minum lebh bebas.Kita bisa memakan apel Fuji 2s.d.3 buah per hari bahkan makan sayuran pun boleh.Lotek, karedok, rujak hiris, rujak ulek, rujak bebek, dll masih bisa kita konsumsi dalam porsi yang cukup, tetapi jangan berlebihan.Volume air minum bisa banyak disesuaikan dengan akumulasi cairan yang terserap dianeal setiap harinya.
Biaya
HD : Biaya operasi Ave-shunt ( Cimino) untuk memperbesar pembuluh darah di tangan,transfort menuju tempat HD 2 s.d.3 kali per minggu besarnya tergantung jarak tempuh, biaya proses HD jika tak memiliki kartu jaminan Askes atau sejenisnya, juga obat-obatan.
CAPD: Biaya operasi pemasangan carteter memang cukup tinggi sekitar 25 jutaan, tapi bagi peserta Askes tak jauh beda dengan pasang Ave-shunt, tak ada biaya transfor bolak-balik ke rumah sakit, paling sebulan sekali beli cairan sekitar 5 jutaan (peserta Askes gratis), obat-obatan yg dikonsumsi semakin berkurang, kecuali betadin, NaCl, kassa dan plester untuk dressing tutup execite.
Kebutuhan Tenaga Medis
HD : Sangat membutuhkan bantuan tenaga medis yang professional, untuk memasang dan mencabut jarum vistula.Harus selalu dalam pengawasan perawat/dokter jaga, karena banyak resiko yang terjadi saat HD berlangsung.
CAPD : Tidak membutuhkan bantuan tenaga medis yang professional, seperti dokter jaga dan perawat, karena bisa dilakukan sendiri atau bantuan anggota keluarga,setelah kita mengikuti pelatihan selama tiga hari.
Efek Samping/ dampak negative
HD : Sering mengalami kram akibat dehidrasi karena terlalu banyak cairan yg tersedot mesin, menggigil kedinginan, pusing, mual-mual, muntah, tensi ngedrop tiba-tiba, sesak napas bahkan sampai pingsan. Biasanya badan jadi lemas, karena terkuras energy dan saripati makanan dalam darah kita. Kehilangan nafsu makan,bahkan lidahpun mati rasa. Esoknya badan masih terasa loyo. Lusanya baru mulai bertenaga lagi, itu pun kalau asupan gizinya bagus! Hari ke-3 atau ke-4 harus siap-siap HD lagi.Kulit akan semakin hitam, karena penumpukkan Fe di permukaan kulit yg tidak terbuang, gatal-gatal seluruh tubuh, osteoporosis, dan sulit tidur. Sisa fungsi ginjal semakin berkurang, akhirnya urine pun tak bisa keluar lagi.Kerja jantung semakin berat saat HD berlangsung, sehingga jantung pun beresiko tinggi mengalami gangguan. Jika terjadi uremia, sesak napas atau hiper kalemia harus cepat datang ke tempat HD, di mana pun dan kapan pun kita berada, jangan menunggu sampai esok harinya!
CAPD : Sekali-kali perut terasa kembung, gatal-gatal, pegal linu atau kurang tidur. Bisa juga mual-mual sampai muntah, karena hiper kalemia.Jika mengalami hiper kalemia, atau sesak napas akibat terlalu banyak minum, kita bisa mengatasinya dengan mempercepat waktu periode refil sehingga refill bisa dilakukan sampai dengan 5 kali. Agar kalium yang berlebih cepat terbuang.
Dampak Positif
HD : Bisa mengeluarkan racun dalam darah dan kelebihan cairan di tubuh.Selain bisa mengeluarkan racun dalam darah dan kelebihan cairan dalam tubuh, sisa fungsi ginjal akan lebih awet dipertahankan. Kerja jantung akan ringan,karena bukan darah yang terpompa jantung harus dikeluarkan dulu, sehingga mengurangi resiko serangan jantung. Badan akan terasa selalu lebih bugar dari pada saat HD. Nafsu makan stabil. Tensi darah semakin lama semakin mendekati normal yang pada akhirnya menjadi normal kembali dan tidak perlu mengkonsumsi obat penurun tensi.
CAPD: Permukaan kulit tidak kehitam-hitaman, karena tidak ada penumpukkan Fe.
Kelebihan dan kelemahan penggunaan CAPD
Keuntungan CAPD dibandingkan HD :
1. Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja
2. Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri
3. Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu.
4. Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit sebagaimana HD
5. Pembuangan cairan dan racun lebih stabil
6. Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas
7. Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung
8. Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun pertama
Kelemahan CAPD :
Resiko infeksi:
• Peritonitis
• Exit site
• Tunnel
• BB naik karena glukosa, pada cairan CAPD diabsorbsi.
Efek dan masalah CAPD
Permasalahan CAPD
Cara Mengatasi Masalah Yang Kemungkinan Terjadi Di Rumah saat pemasangan CAPD
1. Jika keluar cairan yang berwarna merah :
• karena menstruasi –> akan hilang dengan sendirinya
• karena mengangkat beban –> hindari mengangkat beban dan kunjungi unit dialysis anda.
2. Jika cairan keluar berwarna kuning tua tetapi tidak keruh cairan berada di dalam rongga peritoneum selama beberapa jam, contohpergantiandi pagi hari–> tidak perlu khawatir (jika berlanjut, kunjungi tempat dialysis).
Efek samping yang dapat terjadi antara lain:
1. Sakit punggung
2. Nyeri dada
3. Sakit kepala
4. Hipotensi (tekanan darah tiba-tiba turun drastis)
5. Gatal di kulit
6. Rasa kram di kaki
7. Mual dan muntah
8. Demam dan menggigil (jarang)
9. Komplikasi berat yang jarang terjadi seperti: reaksi alergi (anaphylaksis) akut, banyak sel-sel darah merah pecah (hemolisis), adanya gelembung udara (air embolism) yang menyumbat pembuluh darah, kadar oksigen yang rendah dalam darah (hipoksemia)
10. Komplikasi jangka panjang seperti: anemia, infeksi, denyut jantung tidak teratur (aritmia), penyakit jantung koroner, gizi kurang, kekurangan mineral (degenerasi) tulang, kekurangan vitamin dan mineral.
Tips menghilangkan rasa sakit setelah proses cuci darah CAPD
Bagi penderita gagal ginjal yang harus menjalani proses cuci darah, mungkin alternatif cuci darah yang bernama CAPD atau Continouos Ambulatory Peritoneal Dialysis sudah tak asing lagi. Sebuah alat cuci darah yang dipasang permanen diperut pasien. Dengan alat ini pasien bisa menjalani proses cuci darah hingga 4 kali per hari dan dapat dilakukan di rumah tanpa bantuan dokter. Tentu sebuah alat yang sangat membantu. Asal selama proses cuci darah berlangsung dalam keadaan steril dan dikerjakan tepat waktu. Tentu alat yang sangat membantu serta praktis.
Namun setelah proses cuci darah selesai pasien sering kali merasa kedinginan, bahkan hingga menggigil kedinginan. Atau juga pasien merasa sakit yang amat sangat diperutnya.Kedinginan pada pasien bisa diatasi dengan merendam cairan dextrose dalam air mendidih sampai cairan hangat.Caranya rebus air sampai mendidih, lalu tuang kedalam ember, rendam cairan dextrose bersama kemasannya beberapa saat sampai cairan hangat. Setelah hangat baru lakukan proses cuci darah. Cara kedua taruh cairan dextrose dalam kardus yang telah diberi lampu beberapa jam sebelum proses cuci darah, setelah cairan hangat baru mulai proses pencucian. Sedang rasa sakit terasa ditusuk-tusuk setelah proses cuci darah itu disebabkan oleh masuknya udara kedalam tubuh pasien melalui selang bersama dengan cairan dextrose. Jadi jika kita melihat ada gelembung udara pada selang segera hentikan aliran dextrose, kemudian keluarkan gelembung dengan mendorongnya kembali ke botol. Setelah semua gelembung kelur barulah proses dilanjutkan kembali. Sepertinya sepele, tapi sangat membantu pasien mengurangi penderitaannya
Cara Mengatasi Masalah Yang Kemungkinan Terjadi Di Rumah saat pemasangan CAPD
1. Jika keluar cairan yang berwarna merah :
• karena menstruasi –> akan hilang dengan sendirinya
• karena mengangkat beban –> hindari mengangkat beban dan kunjungi unit dialysis anda.
2. Jika cairan keluar berwarna kuning tua tetapi tidak keruh cairan berada di dalam rongga peritoneum selama beberapa jam, contohpergantiandi pagi hari–> tidak perlu khawatir (jika berlanjut, kunjungi tempat dialysis).
Efek samping yang dapat terjadi antara lain:
1. Sakit punggung
2. Nyeri dada
3. Sakit kepala
4. Hipotensi (tekanan darah tiba-tiba turun drastis)
5. Gatal di kulit
6. Rasa kram di kaki
7. Mual dan muntah
8. Demam dan menggigil (jarang)
9. Komplikasi berat yang jarang terjadi seperti: reaksi alergi (anaphylaksis) akut, banyak sel-sel darah merah pecah (hemolisis), adanya gelembung udara (air embolism) yang menyumbat pembuluh darah, kadar oksigen yang rendah dalam darah (hipoksemia)
10. Komplikasi jangka panjang seperti: anemia, infeksi, denyut jantung tidak teratur (aritmia), penyakit jantung koroner, gizi kurang, kekurangan mineral (degenerasi) tulang, kekurangan vitamin dan mineral.
Tips menghilangkan rasa sakit setelah proses cuci darah CAPD
Bagi penderita gagal ginjal yang harus menjalani proses cuci darah, mungkin alternatif cuci darah yang bernama CAPD atau Continouos Ambulatory Peritoneal Dialysis sudah tak asing lagi. Sebuah alat cuci darah yang dipasang permanen diperut pasien. Dengan alat ini pasien bisa menjalani proses cuci darah hingga 4 kali per hari dan dapat dilakukan di rumah tanpa bantuan dokter. Tentu sebuah alat yang sangat membantu. Asal selama proses cuci darah berlangsung dalam keadaan steril dan dikerjakan tepat waktu. Tentu alat yang sangat membantu serta praktis.
Namun setelah proses cuci darah selesai pasien sering kali merasa kedinginan, bahkan hingga menggigil kedinginan. Atau juga pasien merasa sakit yang amat sangat diperutnya.Kedinginan pada pasien bisa diatasi dengan merendam cairan dextrose dalam air mendidih sampai cairan hangat.Caranya rebus air sampai mendidih, lalu tuang kedalam ember, rendam cairan dextrose bersama kemasannya beberapa saat sampai cairan hangat. Setelah hangat baru lakukan proses cuci darah. Cara kedua taruh cairan dextrose dalam kardus yang telah diberi lampu beberapa jam sebelum proses cuci darah, setelah cairan hangat baru mulai proses pencucian. Sedang rasa sakit terasa ditusuk-tusuk setelah proses cuci darah itu disebabkan oleh masuknya udara kedalam tubuh pasien melalui selang bersama dengan cairan dextrose. Jadi jika kita melihat ada gelembung udara pada selang segera hentikan aliran dextrose, kemudian keluarkan gelembung dengan mendorongnya kembali ke botol. Setelah semua gelembung kelur barulah proses dilanjutkan kembali. Sepertinya sepele, tapi sangat membantu pasien mengurangi penderitaannya
Cairan Dianeal dan Extraneal
Gambar tersebut adalah Bag ( kantong) dari cairan Extraneal dengan konsentrasi 7,5 %. Bisa digunakan untuk dwell time 8 - 16 jam. maksudnya disini extranel ini bisa masukdi dalam perut maksimal 16 jam sehingga dalam rentang waktu tersebut pasien CAPD tidak perlu mengganti cairan. Aktivitas menjadi lebih flexibel lagi dari sisi waktu. Sayng nya extranel ini tidak di cover oleh BPJS dengan harga sekitar Rp. 200.000 lebih pasien biasanya beli dengan uang sendiri, beruntung bila pasien punya asuransi perusahaan atau asuransi swasta sehingga bisa dicover.
Extraneal digunakan maksimal 1 kali dalam sehari, karena penyerapan nya yg begitu kuat terhadap zat-zat didalam tubuh, cairan ini bisa menyerap hingga 2000 mL cairan tubuh. Maksudnya ketika dimasukan ke dalam perut sebanyak 2000 mL maka 16 jam kemudian bisa keluar dari perut sebanyak 4000 mL. Maka dari itu harus di pantau juga asupan makan dan minum jangan sampai Dehidrasi.
Ada 4 jenis tipe cairan pencuci, yaitu :
1. Dianeal 1,5 % Dextrose
2. Dianeal 2,5 % Dextrose
3. Extraneal 4,5 % Dextrose
4. Extraneal 7,5 % Icodextrin
Untuk poin 1 -3 cairan tersebut di cover BPJS sedangkan no. 4 tidak. untuk penggunaan nya sendiri dari beberapa referensi untuk extraneal 4,5 % tidak baik untuk membran peritonium jika digunakan (kecuali dalam kasus tertentu). Extraneal 4,5 % ini mengandung dextrose yg tinggi sehungga bisa menaikan gula darah, tentu berbahaya bagi pasien CAPD yang diabet. Berbeda dengan Extraneal 7,5 % kandungan nya Icodextrin sehingga tidak menaikan gula darah dan aman bagi membran peritonium.
Extraneal digunakan maksimal 1 kali dalam sehari, karena penyerapan nya yg begitu kuat terhadap zat-zat didalam tubuh, cairan ini bisa menyerap hingga 2000 mL cairan tubuh. Maksudnya ketika dimasukan ke dalam perut sebanyak 2000 mL maka 16 jam kemudian bisa keluar dari perut sebanyak 4000 mL. Maka dari itu harus di pantau juga asupan makan dan minum jangan sampai Dehidrasi.
Ada 4 jenis tipe cairan pencuci, yaitu :
1. Dianeal 1,5 % Dextrose
2. Dianeal 2,5 % Dextrose
3. Extraneal 4,5 % Dextrose
4. Extraneal 7,5 % Icodextrin
Untuk poin 1 -3 cairan tersebut di cover BPJS sedangkan no. 4 tidak. untuk penggunaan nya sendiri dari beberapa referensi untuk extraneal 4,5 % tidak baik untuk membran peritonium jika digunakan (kecuali dalam kasus tertentu). Extraneal 4,5 % ini mengandung dextrose yg tinggi sehungga bisa menaikan gula darah, tentu berbahaya bagi pasien CAPD yang diabet. Berbeda dengan Extraneal 7,5 % kandungan nya Icodextrin sehingga tidak menaikan gula darah dan aman bagi membran peritonium.
Mekanisme CAPD
Secara awam dan sederhana saya akan menjelaskan bagaimana mekanisme CAPD itu bekerja. Di dalam perut kita itu ada yang disebut kantung peritoneal, kantung tersebut alami di dalam tubuh manusia. lapisan pembentuk nya di sebut MEMBRAN peritoneal. Melalui tahap operasi di pasanglah sebuah kateter (kateter Techntoff) kedalam mambran tersebut yang kira-kira kurang lebih 1 jam operasi nya dengan bius setengah badan (Spinal) seperti pada wanita bedah Caesar.
Setelah sudah ada akses kateter dan pasien sudah siap untuk pemasukan cairan pertama kali. Cateter disambungakan dengan system cairan Dianeal ( cairan pencuci), sistem penyambungan tersebut dinamakan TRANSFER SET dmn terdapat kran buka tutup untuk memasukan dan mengeluarkan cairan. Dalam posisi kran terbuka untuk memasukan cairan maka masuklah cairan dianeal ke dalam peritonium. Untuk pasien yang masih dalam tahap pasca operasi atau dalam tahap adaptasi jumlah cairan dianeal yang dimasukan berawal dari 500 mL, kemudian ganti cairan berikut nya naik ke 1000 mL, begitu seterusnya sampai pasien mampu sampai 2000 mL.
Pasien yang sudah melewati tahap adaptasi disarankan pemasukan cairan sebnayak 2000 mL agar dicapai hsil yang maksimal. Terkecuali untuk pasien anak-anak rumus yang berlaku yaitu 30-40 mL x berat badan (Kg).
Cairan yang masuk di dalam perut di diamkan sekitar 4-5 jam istilah nya disebut DWELL TIME. pada proses tersebut dianeal akan menyerap zat-zat sisa metabolisme tubuh termasuk di dalam nya ureum , kreatin, protein , kelebihan air, fosfor, kalium , natrium dan zat-zat lain. Sehingga ketika proses dwell time selesai dan cairan di perut dikeluarkan maka jumlah nya volume nya bertambah, masuk 2000 mL keluar bisa 2200 mL, 2500 mL bahkan bisa sampai 4000 mL jika pakai extraneal.
Dengan diserap nya zat-zat tersebut di harapkan racun-racun bisa keluar dari tubuh karena kita tahu sendiri pada pasien Gagal Ginjal Kronik racun tersebut tidak bisa keluar dari tubuh karena fungsi ginjal telh rusak.
Setelah sudah ada akses kateter dan pasien sudah siap untuk pemasukan cairan pertama kali. Cateter disambungakan dengan system cairan Dianeal ( cairan pencuci), sistem penyambungan tersebut dinamakan TRANSFER SET dmn terdapat kran buka tutup untuk memasukan dan mengeluarkan cairan. Dalam posisi kran terbuka untuk memasukan cairan maka masuklah cairan dianeal ke dalam peritonium. Untuk pasien yang masih dalam tahap pasca operasi atau dalam tahap adaptasi jumlah cairan dianeal yang dimasukan berawal dari 500 mL, kemudian ganti cairan berikut nya naik ke 1000 mL, begitu seterusnya sampai pasien mampu sampai 2000 mL.
Pasien yang sudah melewati tahap adaptasi disarankan pemasukan cairan sebnayak 2000 mL agar dicapai hsil yang maksimal. Terkecuali untuk pasien anak-anak rumus yang berlaku yaitu 30-40 mL x berat badan (Kg).
Cairan yang masuk di dalam perut di diamkan sekitar 4-5 jam istilah nya disebut DWELL TIME. pada proses tersebut dianeal akan menyerap zat-zat sisa metabolisme tubuh termasuk di dalam nya ureum , kreatin, protein , kelebihan air, fosfor, kalium , natrium dan zat-zat lain. Sehingga ketika proses dwell time selesai dan cairan di perut dikeluarkan maka jumlah nya volume nya bertambah, masuk 2000 mL keluar bisa 2200 mL, 2500 mL bahkan bisa sampai 4000 mL jika pakai extraneal.
Dengan diserap nya zat-zat tersebut di harapkan racun-racun bisa keluar dari tubuh karena kita tahu sendiri pada pasien Gagal Ginjal Kronik racun tersebut tidak bisa keluar dari tubuh karena fungsi ginjal telh rusak.
Tempat CAPD
Proses CAPD paling sering saya lakukan dirumah, kadang diruang tamu, ruang tidur atau di ruang nonton televisi. Tetapi banyak juga rekan-rekan lain sesama pasien CAPD yang dikarenakan aktivitas sehari-hari nya ada yang karyawan kantor, kerja bagian lapangan, di Toko nya dan profesi lainnya. Ya mereka melakukakan proses ganti cairan di tempat mereka bekerja. Tentunya mereka mengerti apa syarat-syarat tempat/ruang untuk melakukan pergantian cairan tersebut. Diantaranya : ruangan tersebut bersih, nyaman, tidak ada orang berlalu-lalang, tidak ada hembusan angin langsung yang kuat dan tentunya aman.
Jika sedang jalan dengan jarak yang cukup jauh berkendara mobil kita bisa cari Klinik 24 jam terdekat, atau saya sih lebih sering ganti cairan di dalam mobil. yang penting syarat-syarat yang saya sebutkan di atas tadi terpenuhi. Begitu flexibel nya untuk melakukan proses CAPD, sehingga banyak pasien nya yang tetap dapat beraktivitas sperti layaknya manusia normal lainnya. Untuk yang sudah lancar menggunakan CAPD hanya butuh proses 30 - 40 menit saja setiap pergantian.
Rabu, 11 Januari 2017
Apa itu CAPD ?
Pengobatan gagal ginjal selain hemodialisa sudah ditemukan. Pengobatan
ini lebih praktis dan efisien dibanding hemodialisa yang mengharuskan
pasien meluangkan banyak waktu hanya untuk cuci darah. Salah satu bentuk
keefektifan dari metode ini adalah tidak perlunya penderita ke rumah
sakit karena terapi cuci darah dengan teknik ini dapat dilakukan sendiri
oleh penderita dimanapun. Tehnik tersebut bernama CAPD.
SEKILAS TENTANG CAPD
CAPD adalah singkatan dari Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis, dimana setiap suku katanya berasa dari bahasa Inggris. Continous berarti proses dialysis tersebut berlangsung terus-menerus, sedangkan ambulatory berarti penderita dapat beraktivitas seperti biasa dengan metode ini. Peritoneal berasal dari kata peritoneum, yakni selaput tipis di perut dimana selaput ini yang menjadi tempat berlangsungnya dialysis, sementara dialisis adalah suatu istilah medis untuk pembuangan semua produk tubuh yang tak berguna dari darah. CAPD merupakan bagian dari dialisis peritoneal, yakni suatu metode yang dikembangkan untuk menghilangkan racun dan kelebihan air dari tubuh manusia. Metode-metode semacam ini timbul karena adanya kerusakan pada ginjal dimana ginjal tidak mampu berfungsi seperti normal; karena itu perlu dicari pengganti ginjal. Dalam metode ini, penggantinya adalah organ tubuh manusia yang disebut. peritoneum (bandingkan dengan hemodialisa yang memakai mesin). Peritoneum itu sendiri merupakan selaput tipis yang terletak pada perut manusia, menyelubungi organ-organ tubuh yang terletak dalam perut.
MEKANISME CAPD
Prinsip kerja CAPD sebenarnya cukup sederhana. Cairan dialisa (dikenal dengan istilah diasilat) dimasukkan melalui sebuah kateter (selang kecil) yang menembus dinding perut sampai ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut. Setelah itu, cairan tersebut dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan dialisat yang baru. Mengapa peritoneum yang dipilih sebagai tempat dialysis? Selain karena tempatnya yang mudah dijangkau dari luar, ternyata peritoneum memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut yang sudah berisi cairan dialisat tersebut.
LAKUKAN CAPD SECARA MANDIRI
CAPD dapat dilakukan sendiri di rumah, biasanya 4 kali perhari. Namun untuk masing-masing individu, jumlah prosedur CAPD yang perlu dilakukan dalam sehari bisa bervariasi, sesuai kebutuhan masing-masing individu. Setiap kalinya hanya membutuhkan waktu 30 menit dan prosedurnya sangat sederhana dan tidak menimbulkan rasa sakit. Yang perlu diketahui, sebagai awal CAPD, perlu dilakukan operasi kecil untuk memasukan sebuah kateter ke dalam abdomen. Kateter ini yang akan berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan peritoneum dengan dunia luar. Berikut ini cara melakukan CAPD secara mandiri :
PLUS MINUS CAPD VS. HEMODIALISIS
Tentunya setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada baiknya kita mengetahui kelebihan dan kekurangan tersebut, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih terapi mana yang terbaik dan paling cocok bagi penderita. Salah satu kelebihan dari CAPD adalah sifatnya yang praktis dan efisien. Penderita tidak perlu datang ke rumah sakit untuk melakukan cuci darah. Mengapa? Karena dengan teknik CAPD, penderita sendiri yang akan melakukan cuci darah setelah diajarkan. Sementara penderita yang memilih metode hemodialisa harus rutin mendatangi tempat-tempat hemodialisis selama 2-3 kali seminggu, tergantung kebutuhan masing-masing. Selain itu, proses CAPD pun membutuhkan waktu yang lebih singkat. Dimana ada kelebihan, tentunya ada kekurangan. CAPD dapat diikuti beberapa komplikasi, bahkan kegagalan. Umumnya kegagalan CAPD disebabkan karena peritonitis (radang pada peritoneum). Tetapi hal ini jarang terjadi bila telah dilakukan prosedur yang baik. Faktor kegagalan juga dapat disebabkan karena faktor kecakapan dan pengalaman operator. Di sisi lain, komplikasi yang berhubungan dengan CAPD secara umum dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu mekanik, medis, dan infeksi. Sebagian besar komplikasi CAPD adalah karena faktor mekanik, seperti malposisi kateter. Dilaporkan juga adanya komplikasi hernia yang timbul setelah CAPD. Bagaimana outcome dari CAPD vs. hemodialisa? Menurut salah satu penelitian di RS Bali pada tahun 2007, angka ketahanan hidup pada pasien yang menggunakan hemodialisis dibandingkan dengan dialisis peritoneal hampir sama, kecuali pada pasien diabetik usia . Pada pasien demikian, yang mendapatkan terapi CAPD mempunyai resiko kematian 1,26 kali dibandingkan mereka yang diterapi dengan hemodialisis.
CAPD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Karena pada akhirnya penderita dapat mengerjakannya sendiri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan penderita.
1. Perlu tempat penyimpanan yang cukup luas untuk menampung kantong dialisis, seperti gudang yang kering atau bangunan lain yang serupa.
2. Kantong dialysis dapat dihangatkan untuk menimbulkan perasaan nyaman. Ada mesin khusus untuk menghangatkan kantong tersebut sehingga kantong tersebut berada dalam temperatur yang kondusif selama kurang lebih 45 menit.
3. Pembuangan untuk kantong dialysis tidak boleh sembarangan. Kantong dialysis merupakan sampah medik, dimana harus masuk dalam kantong plastic yang memiliki label kuning. Bagian produksi kantong dialisis biasanya mempunyai kantong plastic tersebut dan mereka juga yang akan mengatur bagaimana pembuangan sampah medik tersebut.
4. Berbeda dengan kantong dialisis, pembuangan untuk hasil produknya (produk sampah dalam cairan dialisat yang dikeluarkan dari tubuh) sangatlah gampang. Cukup gunting kantong penampungnya dan tuangkan isinya ke toilet!
5. Ruangan untuk melakukan CAPD TIDAK HARUS steril. Cukup agar ruangan tersebut bersih, tidak ada hewan dan orang lain berlalu-lalang tidak ada hembusan angin langsung ke arah pasien maka CAPD dapat dilakukan.
SUMBER CAPD
SEKILAS TENTANG CAPD
CAPD adalah singkatan dari Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis, dimana setiap suku katanya berasa dari bahasa Inggris. Continous berarti proses dialysis tersebut berlangsung terus-menerus, sedangkan ambulatory berarti penderita dapat beraktivitas seperti biasa dengan metode ini. Peritoneal berasal dari kata peritoneum, yakni selaput tipis di perut dimana selaput ini yang menjadi tempat berlangsungnya dialysis, sementara dialisis adalah suatu istilah medis untuk pembuangan semua produk tubuh yang tak berguna dari darah. CAPD merupakan bagian dari dialisis peritoneal, yakni suatu metode yang dikembangkan untuk menghilangkan racun dan kelebihan air dari tubuh manusia. Metode-metode semacam ini timbul karena adanya kerusakan pada ginjal dimana ginjal tidak mampu berfungsi seperti normal; karena itu perlu dicari pengganti ginjal. Dalam metode ini, penggantinya adalah organ tubuh manusia yang disebut. peritoneum (bandingkan dengan hemodialisa yang memakai mesin). Peritoneum itu sendiri merupakan selaput tipis yang terletak pada perut manusia, menyelubungi organ-organ tubuh yang terletak dalam perut.
MEKANISME CAPD
Prinsip kerja CAPD sebenarnya cukup sederhana. Cairan dialisa (dikenal dengan istilah diasilat) dimasukkan melalui sebuah kateter (selang kecil) yang menembus dinding perut sampai ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut. Setelah itu, cairan tersebut dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan dialisat yang baru. Mengapa peritoneum yang dipilih sebagai tempat dialysis? Selain karena tempatnya yang mudah dijangkau dari luar, ternyata peritoneum memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut yang sudah berisi cairan dialisat tersebut.
LAKUKAN CAPD SECARA MANDIRI
CAPD dapat dilakukan sendiri di rumah, biasanya 4 kali perhari. Namun untuk masing-masing individu, jumlah prosedur CAPD yang perlu dilakukan dalam sehari bisa bervariasi, sesuai kebutuhan masing-masing individu. Setiap kalinya hanya membutuhkan waktu 30 menit dan prosedurnya sangat sederhana dan tidak menimbulkan rasa sakit. Yang perlu diketahui, sebagai awal CAPD, perlu dilakukan operasi kecil untuk memasukan sebuah kateter ke dalam abdomen. Kateter ini yang akan berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan peritoneum dengan dunia luar. Berikut ini cara melakukan CAPD secara mandiri :
- Masukkan dialisat (berlangsung selama kurang lebih 10 menit)
- Cairan dibiarkan dalam rongga perut selama periode waktu tertentu (4-6 jam)
- Cairan dialisat dikeluarkan dan diganti dengan yang baru (berlangsung selama kurang lebih 30 menit)
PLUS MINUS CAPD VS. HEMODIALISIS
Tentunya setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada baiknya kita mengetahui kelebihan dan kekurangan tersebut, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih terapi mana yang terbaik dan paling cocok bagi penderita. Salah satu kelebihan dari CAPD adalah sifatnya yang praktis dan efisien. Penderita tidak perlu datang ke rumah sakit untuk melakukan cuci darah. Mengapa? Karena dengan teknik CAPD, penderita sendiri yang akan melakukan cuci darah setelah diajarkan. Sementara penderita yang memilih metode hemodialisa harus rutin mendatangi tempat-tempat hemodialisis selama 2-3 kali seminggu, tergantung kebutuhan masing-masing. Selain itu, proses CAPD pun membutuhkan waktu yang lebih singkat. Dimana ada kelebihan, tentunya ada kekurangan. CAPD dapat diikuti beberapa komplikasi, bahkan kegagalan. Umumnya kegagalan CAPD disebabkan karena peritonitis (radang pada peritoneum). Tetapi hal ini jarang terjadi bila telah dilakukan prosedur yang baik. Faktor kegagalan juga dapat disebabkan karena faktor kecakapan dan pengalaman operator. Di sisi lain, komplikasi yang berhubungan dengan CAPD secara umum dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu mekanik, medis, dan infeksi. Sebagian besar komplikasi CAPD adalah karena faktor mekanik, seperti malposisi kateter. Dilaporkan juga adanya komplikasi hernia yang timbul setelah CAPD. Bagaimana outcome dari CAPD vs. hemodialisa? Menurut salah satu penelitian di RS Bali pada tahun 2007, angka ketahanan hidup pada pasien yang menggunakan hemodialisis dibandingkan dengan dialisis peritoneal hampir sama, kecuali pada pasien diabetik usia . Pada pasien demikian, yang mendapatkan terapi CAPD mempunyai resiko kematian 1,26 kali dibandingkan mereka yang diterapi dengan hemodialisis.
CAPD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Karena pada akhirnya penderita dapat mengerjakannya sendiri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan penderita.
1. Perlu tempat penyimpanan yang cukup luas untuk menampung kantong dialisis, seperti gudang yang kering atau bangunan lain yang serupa.
2. Kantong dialysis dapat dihangatkan untuk menimbulkan perasaan nyaman. Ada mesin khusus untuk menghangatkan kantong tersebut sehingga kantong tersebut berada dalam temperatur yang kondusif selama kurang lebih 45 menit.
3. Pembuangan untuk kantong dialysis tidak boleh sembarangan. Kantong dialysis merupakan sampah medik, dimana harus masuk dalam kantong plastic yang memiliki label kuning. Bagian produksi kantong dialisis biasanya mempunyai kantong plastic tersebut dan mereka juga yang akan mengatur bagaimana pembuangan sampah medik tersebut.
4. Berbeda dengan kantong dialisis, pembuangan untuk hasil produknya (produk sampah dalam cairan dialisat yang dikeluarkan dari tubuh) sangatlah gampang. Cukup gunting kantong penampungnya dan tuangkan isinya ke toilet!
5. Ruangan untuk melakukan CAPD TIDAK HARUS steril. Cukup agar ruangan tersebut bersih, tidak ada hewan dan orang lain berlalu-lalang tidak ada hembusan angin langsung ke arah pasien maka CAPD dapat dilakukan.
SUMBER CAPD
- Wibisono, Kandarini Y, Suharjendro, Duarsa GWK. 2007. “Karakterisitik Pasien yang Mengalami CAPD berdasarkan Identitas, Perubahan Serum Kreatinin dan Kalium, Komplikasi, Etiologi, dan Keadaan Umum Pasca CAPDâ€. JURI vol. 14 no. 2. Juli 2007 :45-49
- Simposium dari Indonesian Peritoneal Dialysis College 2007, Jakarta, 16 - 17 Maret 2007
- http://www.renalpatients.co.uk/capd.htm
Langganan:
Postingan (Atom)